Tuesday 20 October 2015

Puisi: Tidakkah Kau Sadar?



Dia memanggilmu, menyerumu, bahkan meneriakkan namamu
Namun kau tetap melangkah menjauh
Tidakkah kau menyadaraiNya?

Dia menjatuhkanmu ketika
kau ingin memilih jalan yang lain
Agar kau hanya memilih jalan kepadaNya
Tidakkah kau menyadariNya?

Dia membutakanmu ketika
kau mencoba untuk memalingkan pandanganmu dariNya
Agar hal terakhir yang kau lihat dan ingat adalah Dia
Tidakkah kau menyadariNya?

Dia mematahkan, menghancurkan, bahkan meremukkan hatimu agar
Dia membuatkanmu hati yang baru, dan
kau isi denganNya, hanya Dia

Dia melarangmu untuk meminum khamr,
agar kau hanya mabuk oleh
anggur kedekatan dan cinta kepadaNya,
yang dituangkan ke dalam cawan kalbu,
yang diteguk dengan nikmatnya oleh jiwamu
Tak peduli bagaimana kondisinya kala itu
Tidakkah kau menyadariNya?

Jika kau memang sadar
Lantas mengapa kau tetap menjauhiNya?

Jika kau memang sadar
Lalu mengapa kau terus saja mendustaiNya?
Unknown Calon Dokter

Seorang pemuda rantau yang tengah menempuh Pendidikan Kedokteran di Chongqing Medical University. Selain kuliah, saya juga aktif blogging dan berorganisasi di PPI Tiongkok.

Puisi: Cintaku Bagai Pohon Jati



Cintaku bagai pohon jati,
yang siap ditebang ketika tua
Menjadi pondok peneduh
agar kau tak basah oleh hujan,
tak takut bahaya hening malam

Cintaku bagai pohon jati,
yang kayu, dahan dan rantingnya siap dibakar
Dilalap jilatan api yang ganas
agar kau tidur dengan nyaman dan hangat
Walau setelahnya akan menjadi abu, yang kemudian
diterbangkan oleh angin sebelum kau tersadar

Namun ingat
Cintaku bagai pohon jati,
yang siap meranggas ketika kemarau
Ketika terik panas menyengat
agar tak rusak raga ini
Karna aku pun tetap ingin hidup


Bagaimana dengan cintamu?
Unknown Calon Dokter

Seorang pemuda rantau yang tengah menempuh Pendidikan Kedokteran di Chongqing Medical University. Selain kuliah, saya juga aktif blogging dan berorganisasi di PPI Tiongkok.

Pengalaman Perdana di Negeri Cina



         Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Ya, kata-kata itulah yang menjadi semangat serta motivasiku untuk memulai perjalanan panjangku ini. Sebuah perjalanan yang bermula dari sebuah mimpi. Sebuah perjalanan yang tak kusangka akan kulakukan saat ini. Sebuah perantauan panjang yang entah kapan akan berakhir.


Kisah ini bermula dari sebuah kota kecil di Jawa Timur yang dikenal dengan nama Probolinggo. Kota yang mungkin masih belum cukup dikenal oleh kebanyakan orang namun menorehkan kisah yang cukup mendalam dan berarti bagiku. Hal yang semula menjadi kekecewaan, justru menjadi cambuk bagiku untuk keluar dari zona nyaman dan memulai perantauan. Dan setelah pencarian selama setahun, kini takdir telah menapakkan kakiku di sini, di negeri ‘legendaris’ yang bahkan tertera dalam sabda salah satu manusia paling berpengaruh zaman ini: China.




Pertama kali menjejakkan kaki di negeri ini, ada perasaan haru, gembira, deg-degan dan segudang perasaan lainnya bercampur aduk menjadi satu. Tak kusangka hal yang selama ini hanya menjadi angan-angan bagiku, kini sungguh terjadi. Kuhirup dalam-dalam udara kota Guangzhou, kota pertama yang kukunjungi dalam perantuanku ini, dan kupandangi jalanan, pertokoan serta bangunan lainnya dari kaca bis sembari mengingat perjuanganku untuk dapat sampai ke sini.

Namun, takdir tak membiarkanku untuk menetap, sebaliknya ia kembali menuntun langkahku menuju sebuah kota di sebelah barat daya dataran Cina: Chongqing. Tempatku menetap dan menuntut ilmu saat ini. Pertemuanku dengan berbagai macam manusia di sana, menyadarkan dan mengajariku tentang berbagai makna kehidupan. Jujur, aku bukanlah seseorang yang bisa dibilang gentleman, pengertian, lembut dan segudang kriteria manusia, bahkan lelaki, sempurna lainnya. Aku yang selama ini acuh tak acuh akan sikapku yang terkadang menyakiti dan menyinggung perasaan orang lain, kini mulai menyadari ketidaksempurnaan diri ini. Mulai menyadari ada beberapa hal yang harus kuubah guna menjadikan diri ini lebih baik lagi. Semua itu terjadi karena pertemuanku dengan manusia-manusia baru di kota perantauanku ini.




Bagiku, tempat ini menyimpan banyak kesan semenjak aku memutuskan menetap sementara waktu ini. Banyak hal yang kurasa merupakan bagian dari alur takdir yang memang ditujukan kepadaku, yang memang menuntunku untuk ke sini. Walaupun, jujur, aku merasa ilmu-ilmu teknis yang kudapat di sini masih sangatlah minim, namun ilmu-ilmu kehidupan justru membanjiri, bahkan serasa menohok kesadaranku akan kealpaan diri selama ini. Dan justru hal itulah yang memicuku untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik ke depannya. Aku merasa, inilah suatu fase di hidupku ketika aku harus mulai  melihat dengan mata kepalaku sendiri dan belajar menyikapi beragamnya corak kehidupan dan manusia di luar lingkungan awalku. 

Semua ini, aku yakin, merupakan skenario Sang Sutradara Agung yang sedang menyiapkanku untuk sesuatu yang lebih besar nantinya. Terima kasih Tuhan atas segala kesempatan langka ini, aku sangat bersyukur dan pasti akan kumanfaatkan sebaik-baiknya. 
Unknown Calon Dokter

Seorang pemuda rantau yang tengah menempuh Pendidikan Kedokteran di Chongqing Medical University. Selain kuliah, saya juga aktif blogging dan berorganisasi di PPI Tiongkok.


ThingsGuideIndian Education BlogThingsGuide