Monday, 25 January 2016

Cellular Signal 'Gossiping'






 Eh La, lu tau gak siih semalem kan gue jalan sama si Manish. Eh, tiba-tiba ketemu sama si Riri & Neil gandengan tangan trus mereka bla bla bla.. Iiihh kan gue jadinya blueh blueh bleh…”



          Kutipan dialog di atas merupakan percakapan, yang seringkali saya dengar, dari teman-teman saya, terutama perempuan, yang kerap kali mengisi hari-hari kami yang terkesan sunyi dan monoton. Percakapan yang acap kali menjadi media kita untuk berkomunikasi dan mengumpulkan informasi. Percakapan yang, sekilas, terkesan tiada henti dan, anehnya, tidak pernah kehabisan bahan setiap harinya. Percakapan yang, seolah, menjadi menu wajib yang pasti dilakukan setiap berkumpul bersama kawan, terutama oleh ibu-ibu arisan, dari kalangan mana pun. Percakapan apa sih yang dimaksud?

Well, mari saya beri petunjuk:

1). Percakapan tersebut umumnya dilakukan oleh perempuan;

2). Percakapan ini biasa dilakukan dengan sistem seperti berikut: Sumber informasi à Penerima pertama à Penerima kedua à Penerima ketiga, keempat dst.

3). Fungsi dari percakapan sejenis dengan sistem seperti itu adalah penyampaian informasi dari satu sumber (informan) ke pihak-pihak lain secara beruntun, sehingga (hampir) semua orang mengetahuinya. 


Yapp, percakapan yang saya maksud adalah: Gosip. Gosip-menggosip seakan sudah menjadi hal yang tidak asing di keseharian kita, siapa pun dan di mana pun kita berada, sudah bisa dipastikan kita pasti pernah terlibat di dalamnya. Hayoo, akui saja sudah. Dan entah kenapa stereotip gosip selalu ‘dituduhkan’ kepada kaum Hawa, padahal tidak menutup kemungkinan beberapa golongan dari kaum Adam pun menyukainya. Atau lebih tepatnya, menyukai informasi yang dibawa melalui gosip tersebut, karena biasanya hal yang biasa digosipkan adalah informasi-informasi ter-up to date dari lingkungan sekitar. Tentu saja tidak ada yang mau dibilang kudet kan?



Salah satu karakteristik utama dari gosip, selain dari pelaku, yaitu dari mekanisme penyampaian informasinya, yang umumnya melibatkan: Sumber informasi/informan, Penerima Pertama, Penerima Kedua, Penerima Ketiga, Keempat, dst. Intinya adalah: Menyampaikan informasi secara beruntun dari satu pihak ke pihak lain, sehingga informasi tersebut dapat dengan mudah diketahui dan diakses oleh semua orang. Yaah, walaupun keabsahan informasi gosip memang patut dipertanyakan. But, well, that's not the point.

Dan ternyata, dengan menggunakan prinsip yang sama, komponen-komponen penyusun sel-sel tubuh kita pun ber’gosip’ untuk menerima dan menyampaikan informasi dari luar sel. Proses ini dinamakan Transduksi Sinya Sel (Cellular Signal Transduction/CST). Fungsi dari proses ini adalah, tentu saja, menyampaikan informasi yang berasal dari lingkungan di luar sel (extracellular) ke protein terkait, sehingga menghasilkan reaksi yang sesuai dengan informasi yang diterima.

Contoh: Hormon Glukagon akan mengirimkan informasi ke dalam sel-sel hati (Hepatocytes) terkait kadar glikogen di dalam hati, apakah sebaiknya ditingkatkan atau diturunkan.

Dan, fitur unik dari proses ini adalah adanya serangkaian reaksi beruntun dalam penyampaian informasinya, atau yang biasa disebut dengan cascade. Penyampaian informasi secara beruntun, yang bermula dari reseptor/penerima yang terletak di membran luar sel, intracellular signal transducers (meliputi second messenger & protein lainnya), protein efektor, hingga menghasilkan respon yang sesuai, ini berfungsi untuk memperkuat sinyal informasi yang dibawa.

Dengan kata lain, semakin panjang dan rumit cascade yang ada, maka bisa dibilang semakin penting informasi yang dibawa. Kurang lebih sama kan dengan gosip: Semakin panjang rantai penerima berita gosip, berarti semakin menarik dan ‘penting’ lah gosip tersebut. Bukan begitu?


(Gambaran cascade CST di dalam sel)


Selain itu, proses CST ini ternyata kurang lebih beti (beda tipis) loh dengan sistem gosip.

1). Proses pertama dari CST yaitu menempelnya molekul pembawa informasi dari luar sel, atau yang biasa disebut dengan ligan, ke reseptor yang terletak di membrane luar sel. Tahap ini bisa dianalogikan dengan penyampaian gosip dari Informan ke Penerima Pertama.

2). Melekatnya molekul ligan ke reseptor, akan mengaktifkan ‘pihak’ berikutnya yang disebut intracellular signal tranducers. Molekul ini, terdiri dari: second messenger, seperti ion kalsium/ Ca2+, DAG (lipid/lemak), cAMP & cGMP (nukleotid), dll;  serta protein lainnya seperti: G-Protein, Protein Adaptor, Protein Kinase/Phosphatase, dll, berfungsi untuk memperkuat sinyal informasi yang sedang disampaikan. Atau, dengan kata lain, tahap ini merupakan tahap penyampaian gosip dari Pihak Pertama ke Pihak Kedua, atau dari Pihak Kedua ke Pihak Ketiga, dst

3). Aktivasi dari intracellular signal tranducers ini kemudian akan mengaktivasi senyawa protein efektor, yang berfungsi untuk menghasilkan reaksi terkait dengan informasi yang telah diterima. Senyawa ini dapat berupa enzim metabolik, protein regulator gen, atau pun protein cytoskeleton. Pada tahap ini, ‘gosip’ telah mencapai tahapan final ketika seluruh komponen terkait telah menerima informasi dan, bisa dipastikan, respon yang diinginkan telah terwujud.


             Nah, berdasarkan penjelasan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen penyusun sel tubuh kita pun, ber’gosip’ untuk menyampaikan dan memperkuat informasi, sehingga terjadilah serangkaian proses metabolik yang menunjang kehidupan kita. Berarti, kita bisa tetap hidup dan beraktivitas, berkat gosip donk? Sayangnya, berdasarkan pengetahuan yang saya terima, iya. Namun, tetap lah perhatikan penggunaan dan penempatan gosip yang tepat. Marilah kita ‘bergosip’ untuk menyebarkan berita baik dan membawa manfaat bagi sesama, sama halnya dengan proses Cellular Signal Transduction di dalam tubuh kita.



Salam Ilmu Pengetahuan!


NB: Jika kalian merasa konten blog ini menarik, bisa like Facebook: CalonDokter, untuk update postingan berikutnya. 

Ditunggu komentar, kritik & sarannya agar CalonDokter semakin berkembang! 

Terima kasih ^0^













Unknown Calon Dokter

Seorang pemuda rantau yang tengah menempuh Pendidikan Kedokteran di Chongqing Medical University. Selain kuliah, saya juga aktif blogging dan berorganisasi di PPI Tiongkok.

5 comments:

  1. Ini informasi baru buatku. Trims. Lebih maknyus kalau dituliskan referensinya.

    ReplyDelete
  2. Sel-sel tubuh melakukan fungsi CST itu untuk apa? Untuk hidup? Okay, bagaimana proses CST terjadi hingga menyebabkan sel tersebut hidup? Apakah mekanisme CST ini adalah mekanisme survivalitas sel? Ataukah, semacam cell-to-cell relationship selain urusan nutrisi sel? Apakah prinsip CST ini adalah INTI dari KEHIDUPAN SEL? Dan, bagaimana posisi (peran) prinsip CST ini dalam kehidupan sel?

    ReplyDelete
  3. CST itu proses penyampaian informasi di dalam sel.. kalo proses penyampaian informasi di sel terhambat, otomatis proses metabolik terhambat juga.. itu yg berbahaya buat kehidupan sel

    ReplyDelete
  4. 不erarti prinsip CST itu bisa untuk tindakan penyembuhan donk? Trus, apa saja penyebab CST terganggu? Dan bagaimana cara memelihara agar CST taj terganggu? Dan jika terlanjur terganggu, gimana cara pemulihannya, pak @CalonDokter? 谢谢。

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang siih ada kaitannya prinsip proses CST dengan beberapa penyakit, seperti tumor atau kanker gitu.. contoh misal tumor, kan itu sebenernya pertumbuhan sel tubuh yg gak terkendali, sel terlalu aktif membelah, sehingga massa sel yg pertumbuhannya melebihi batas normal itu akhirnya disebut tumor (yg nantinya jadi kanker).. itu terjadi soalnya ada salah satu komponen di CST ini yang sintesisnya berlebihan, yaitu Protein Kinase C (PKC), yg terlibat di dalam proses pembelahan sel. Gampangannya: Growth Hormone (GH) memberi informasi ke sel utk bertumbuh, mekanisme penyaluran informasinya yaa lewat CST ini, dan PKC ini bertindak sebagai efektor, penerima terakhir dan pelaksana perintah dari GH tadi. Naahh, karena terjadi satu dan lain hal, si PKC ini kebablasan dalam menjalan tugas, dikarenakan meningkatnya produksi PKC di sel (karena zat karsinogen), jadi lah pertumbuhan sel yang abnormal. Cara menangatasinya, selain dilakukan operasi (kalau tumor sudah sedemikian besar dan parah, serta sudah menjadi kanker), tapi bisa dilakukan juga dengan menghalangi reseptor hormon tadi. Kalo sel gak bisa mengikat hormon, tentunya meskipun PKC tadi aktivitasnya mengikat jadi percuma, karena gak ada trigger/pemicunya. Tapi cara yg trakhir cuman bisa dilakukan utk mencegah pertumbuhan tumor lebih lanjut, kalo tumornya udah keburu tumbuh membesar dan menyebar jadi kanker, tentunya cara yg trakhir agak susah dilakukan. yaa lebih baik mencegah daripada mengobati kan, mengurangi konsumsi produk karsinogenik juga bisa jadi pilihan utama

      *maap kalo ada kesalahan, namanya masih belajar :D hehehee

      Delete


ThingsGuideIndian Education BlogThingsGuide