Monday 8 February 2016

Masalah? Renaturasi Aja!


**************************************


Semua orang, siapa pun dan dimana pun, pasti pernah mengalami masalah. Beda orang, beda kebutuhan, beda pula masalah yang dialami. Seiring pertumbuhan dan perkembangan diri kita, masalah yang kita alami pun bervariasi.

Ketika kecil, masalah terbesar kita biasanya berkaitan dengan permainan, entah selalu kalah setiap bermain, selalu dicurangi, dll. Ketika kita beranjak remaja pun, masalah yang dialami pun bertambah kompleks, salah satu contong paling umum yaitu yang berkaitan dengan asmara. Entah itu bertengkar dengan pacar, ditolak gebetan, maupun baper setelah bertemu mantan yang sudah lama tidak bersua. *Ehm* Begitu pula ketika kita telah mulai menjadi manusia dewasa, masalah yang dialami bukan hanya melulu soal cinta, tetapi juga berkembang menjadi seputar pekerjaan, entah bermasalah dengan bos atau rekan kerja, atau gaji yang dirasa terlalu kecil, dan masih banyak lagi.

Intinya, selama kita hidup kita pasti menghadapi suatu kondisi yang sangat tidak menyenangkan dan selalu merugikan kita: MASALAH. Berkaitan dengan masalah, lain orang lain pula caranya menyelesaikannya.




Reaksi yang paling umum kita lakukan ketika pertama kali mengalami masalah adalah: EMOSI. Ya, percaya atau tidak, kebanyakan orang langsung naik pitam, atau berubah menjadi bad mood, loyo, tidak semangat, ketika pertama kali mendapat masalah. Bahkan ada yang menjadi stress dan langsung berdampak negatif terhadap pekerjaan maupun kehidupan sosialnya. Hampir tidak ada orang yang langsung tenang atau kalem-kalem saja ketika menghadapi masalah, apalagi senyam-senyum/cengengesan. Minimal pasti langsung kesal atau kecewa.

Hal tersebut sebenarnya lumrah, selama tidak terlalu berlarut-larut dalam perasaan-perasaan negatif tersebut. Selama tidak terlalu terbuai oleh emosi yang, sebenarnya, tidak membantu sama sekali dalam pemecahan masalah kita. Yaah, tentu saja tidak ada satu orang pun yang mau terus menerus berlarut-larut dalam emosi negatif tersebut. Namun apa daya, mengembalikan mood dan semangat untuk beraktivitas saja susah, apalagi mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Susah berkali lipat!

Namun, ternyata kunci penyelesaiannya ada di diri kita sendiri. Lebih tepatnya ada di salah satu komponen yang dimiliki oleh setiap sel kita, dan ternyata kita turunkan ke keturunan kita: DNA.



DNA merupakan molekul yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena di dalamnya terdapat informasi genetik, atau yang biasa disebut gen, yang menentukan ciri-ciri kita, seperti warna kulit, jenis rambut, warna mata, dll. Segala ciri-ciri yang ada di diri kita saat ini, sebagian besar berasal dari gen yang diwariskan oleh kedua orangtua kita, dan nantinya akan kita turunkan pula ke anak cucu kita.

Ketika berada di suhu yang cukup tinggi, molekul DNA akan pecah, rusak, tidak dapat berfungsi dengan baik. Namun, ketika suhu diturunkan, atau dengan kata lain, molekul DNA tersebut didinginkan, molekul-molekul DNA yang tadinya rusak bergabung kembali menjadi DNA yang utuh. Molekul DNA yang telah utuh kembali ini pun dapat berfungsi kembali.

Sama seperti DNA yang terdapat di setiap sel tubuh kita, ketika kita terlarut dalam emosi ketika menghadapi masalah, kita akan susah untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan yang kita alami. Diri kita sedang ter’denaturasi’. Bagaimana bisa mencari jalan keluar, jika kondisi diri kita sendiri saja tidak optimal?

Namun, jika kita bersedia untuk cooling down sejenak, menenangkan diri kita sendiri walaupun untuk sekejap saja, pasti ditunjukkan jalan keluarnya. Pasti ada saja jalan atau ‘hidayah’ yang kita terima, sehingga kita dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik. Intinya, kita harus 'mendinginkan kepala' kita terlebih dulu, agar diri kita ini ter-’renaturasi’ kembali, menjadi ‘satu kesatuan yang utuh’ kembali.

Cara me’renaturasi’ diri ini biasanya berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang melakukannya dengan beribadah, meditasi, membaca buku, main games, dan masih banyak lagi, tergantung dari kepribadiannya. Apapun cara yang ditempuh, tujuannya tetap satu: Menenangkan diri agar dapat menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.


Segala jawaban terhadap pertanyaan, keraguan, atau hal-hal lain yang mengusik kehidupan sehari-hari kita ternyata telah disediakan di dalam diri kita sendiri. Jika kita ingin mempelajari lebih dalam lagi tentang tubuh kita, ternyata di dalamnya terdapat berbagai macam informasi penting yang mampu membantu kita dalam menjalani hidup sehari-hari.
Unknown Calon Dokter

Seorang pemuda rantau yang tengah menempuh Pendidikan Kedokteran di Chongqing Medical University. Selain kuliah, saya juga aktif blogging dan berorganisasi di PPI Tiongkok.

Monday 1 February 2016

Jadi Tumor Masyarakat, Mau?



**************************


Setiap orang, terutama anak muda, pastinya kan punya keinginan untuk bebas mengembangkan dirinya. Bebas berkreasi, pengen membuktikan kalo dirinya bisa dan bukan orang sembarangan. Pengen membuktikan kalo dia itu bisa sukses. Termasuk saya, kamu, kalian juga, pasti ada keinginan semacam itu. Intinya aktualisasi diri agar diterima di lingkungan masyarakat.

Caranya ya tentu saja bervariasi, tergantung dari lingkungan mana yang pengen didapatkan pengakuannya. Kalo dia ingin terjun ke lingkungan yang menganggap orang pintar itu keren, tentunya yaa dia akan belajar segiat mungkin agar diterima oleh orang-orang di lingkungan itu. Kalo dia ingin masuk ke lingkungan yang mengaggap orang yang badannya bagus itu keren, pastinya yaa dia bakal lebih sering work out ke gym, bikin badannya jadi bagus, berotot dan ideal, agar diterima dilingkungan tersebut. Dan sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.

Cuman, dalam upaya agar diterima di lingkungan masyarakat tertentu, ada orang-orang yang, istilahnya, kebablasan dalam berusaha. Saking kelewat pengennya dia agar diakui oleh masyarakat, dia jadi lose control, lupa diri dan malah melakukan sesuatu yang justru membahayakan dirinya.



Kasus-kasus seperti sekelompok pemuda yang overdose karena lagi pesta miras oplosan (itu merekanya yang emang udah gila siih, masa’ iya miras dicampur sama Baygon lah, sol sepatu lah), para muda-mudi yang memamerkan foto mereka sedang beradegan gak senonoh, bikin graffiti di tembok rumah orang pake gambar kemaluan ato bahasa-bahasa kasar, bisa jadi salah satu contohnya.

Biasanya anak-anak yang seperti itu kan mereka yang merasa gak dapet kasih saying di rumah, gak cukup dapet perhatian dari keluarga, ato justru anak-anak yang terlalu dikerasin sama ortunya. Intinya mereka yang gak bisa mengekspresikan diri mereka dengan cara yang bener, jadinya mereka memilih untuk melampiaskannya di luar. Caper ke orang-orang lain, tapi caranya salah. Berusaha untuk tumbuh dengan caranya sendiri, tapi kebablasan.

Persis seperti tumor.

Loh?

Kok tumor?






Iya, tumor kan sel yang tumbuhnya kelewat cepet. Ini bisa terjadi soalnya ada salah satu komponen sel, yang fungsinya cukup penting buat pembelahan sel, Protein Kinase C, kelebihan jumlahnya. Jadi pas sel-sel yang lain masih membelah diri jadi dua, empat sel, si sel tumor ini udah tumbuh jadi puluhan bahkan ratusan sel yang bikin kelompok sendiri.

Apa bagus?

Tenyata nggak.

Kumpulan sel-sel yang kebablasan pertumbuhannya itu ternyata bisa mengganggu dan menghambat pertumbuhan sel-sel normal di sekitarnya. Si sel-sel normal itu akhirnya jadi ‘kejepit’, gak bisa beraktifitas normal, dan ujung-ujungnya malah mati. Dan parahnya, kalo udah dalam tahap akut, si tumor ini nantinya juga bakal nyebar ke bagian tubuh yang lain, jadi kanker. Aktivitasnya yaa gak beda jauh dengan pas jadi tumor, mengganggu aktivitas sel-sel di sekitarnya.

Apa tubuh kita gak melakukan sesuatu untuk menghabisi si tumor ini? Tentu iya, cuman karena si sel tumornya ini yang udah kelewat kuat, jadi sel-sel pertahanan tubuh kita sendiri kewalahan.

Cara yang bisa ditempuh yaa akhirnya operasi. Membuang si tumor ini. Daripada mengacau di dalam tubuh, ya kan?

Naahh, sekarang siapa yang mau jadi kaya’ si tumor ini? Tentunya gak ada toh. Jangan sampai karena keinginan egois kita pribadi untuk mengembangkan diri kita, untuk menujukkan/memamerkan jati diri kita, kita jadi lupa diri, lupa untuk mengontrol diri kita sendiri. Emang ingin berkarya itu baik, tapi kudu tetep tau aturannya kan? Tetep harus memperhatikan norma-norma sosial yang ada di masyarakat kita. Kalo gak, yaa siap-siap aja kita disebut Tumor Masyarakat. Siap-siap aja bernasib sama seperti si tumor itu, di’operasi’ dari lingkungan masyarakat, alias dipaksa untuk keluar, dikucilkan. Alih-alih mendapat pengakuan yang kita idam-idamkan, yang kita dapat justru kecaman, hinaan dan caci-makian.

Karena yaa emang kitanya yang gak tau batas, malah mengganggu keamanan dan kenyamanan penduduk sekitar. Berkarya dengan baik, bahkan kalau perlu mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar, seperti ngadain kerja bakti bersihin kali kah, meramaikan langgar di kampung setempat kah.

Kan masih banyak aktivitas positif lain, yang selain bisa membantu kita menunjukkan ke masyarakat “siapa diri kita sebenarnya”, tetapi juga mendapat bantuan & dukungan dari orang-orang. Bikin mereka seneng, ato seenggaknya gak bikin mereka risih.


Bisa kan? Pasti bisa.    



NB: Jika kalian merasa konten blog ini menarik, bisa like Facebook: CalonDokter, untuk update postingan berikutnya. 

Ditunggu komentar, kritik & sarannya yaa agar CalonDokter semakin berkembang! 

Terima kasih ^0^   
Unknown Calon Dokter

Seorang pemuda rantau yang tengah menempuh Pendidikan Kedokteran di Chongqing Medical University. Selain kuliah, saya juga aktif blogging dan berorganisasi di PPI Tiongkok.


ThingsGuideIndian Education BlogThingsGuide