Saturday 21 November 2015

Serangan Paris vs Serangan Palestina, Suriah, Yaman: Apakah Dunia Memang Tidak Adil? (2)



Lanjutan....


“Meskipun di Palestina, Yaman dan Suriah sudah terlalu sering terjadi penembakan dan bom di sana-sini, tetapi itu bukan berarti ‘cuaca’ di sana seperti itu kan? Apa menurutmu penduduk di sana rela untuk terbiasa dengan kondisi daerahnya yang terus menerus berperang setiap hari, dan mereka diharuskan untuk menerimanya dengan lapang dada? Jika menurut analogimu, wajar jika orang-orang Rusia dalam kesehariannya berkutat dengan salju karena memang letak geografis dan iklim Rusia yang cocok untuk turun salju. Tapi jika Palestina? Apakah memang letak geografisnya cocok untuk konflik?”, kataku, agak emosi.

“Iya. Bukankah di Palestina terdapat Israel, yang semenjak berdirinya sudah menimbulkan konflik perebutan wilayah negara? Dan konflik itu akhirnya menyebar ke negara-negara sekitar, hingga kini Timur Tengah terkenal sebagai daerah rawan konflik? Tidak ada yang aneh, menurutku”, katanya tenang. Tanpa ekspresi.

“Itu karena memang Israel yang mencari masalah duluan. Jika dari awal tidak didirikan negara Israel, atau setidaknya jika dia didirikan tidak dengan merebut wilayah negara lain, tentunya konflik tidak akan terjadi, kan? Dan tentu saja, akan sangat tidak adil jika warga Palestina harus menghindari ribuan peluru dan puluhan bom setiap hari, lalu kita anggap bahwa, ‘Memang itu kondisi dan cuaca di sana. Deal with it!’. Ini masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia, bukan cuaca!”, jelasku, lebih emosi lagi. Tak kusangka dia bisa dengan entengnya menganalogikan terorisme dengan cuaca.

 “Lagipula, kemana media dan warga dunia ketika rakyat Palestina dan sekitarnya sedang sengsara? Mereka acuh. Baru ketika Paris diserang, seketika media ikut bersedih seolah mereka turut merasakan penderitaan warga Paris. Di mana letak keadilan?”, tambahku.

“Hah?”, tanyanya keheranan.

“Bukankah dari dulu orang-orang di seluruh penjuru dunia telah memberikan bantuan, entah secara material maupun moral kepada warga Palestina? Memang, mereka tidak mengganti profile picture Facebook mereka dengan bendera Perancis, tetapi bukankah yang mereka lakukan lebih mulia dari itu? Banyak negara yang mengirimkan bantuan, entah pasukan untuk ikut berperang di sana, obat-obatan, maupun barang kebutuhan pokok. Dana bantuan pun terus mengalir. Dan bukan hanya pada saat itu, namun hingga saat ini. Bukan hanya untuk Palestina, tetapi dan Suriah juga. Jadi, apa salahnya jika sekarang, mereka berempati sedikit atas bencana yang dialami oleh warga Paris? Toh, dengan mereka turut berduka atas Paris, bukan berarti mereka menghentikan bantuan untuk Palestina dkk kan?”, jelasnya.

”Ah sudah lah, nampaknya kau sudah lelah. Jika kuteruskan perdebatan ini sekarang, tak akan ada habisnya. Aku pergi dulu”, katanya santai sambil melambaikan tangannya ke arahku.

Seketika yang kulihat di cermin adalah wajahku sendiri, dengan mata yang terlihat sangat lelah, kantung mata yang tebal dan muka yang kusam. Pikiranku berkecamuk, tetap tidak dapat kuterima penjelasan’nya’ tadi.

Bagiku, aksi terorisme di negara seperti Palestina merupakan ulah pihak yang ingin merebut wilayah Palestina secara paksa. Sedangkan, aksi terorisme di Paris merupakan perbuatan pihak-pihak yang memang ingin memanas-manasi Perancis untuk turut serta dalam peperangan yang tengah terjadi di negara-negara Timur Tengah, seperti Palestina dan Suriah. Daripada terpancing untuk ikut berperang, sebaiknya pemerintah Perancis bekerjasama dengan negara-negara lain untuk menemukan siapa pelaku terror sebenarnya dan meringkusnya. Dengan begitu, seluruh konflik dapat terselesaikan, kan? Ah, sudahlah. Semakin kupikirkan, semakin sakit kepalaku.

Dengan gontai aku berjalan ke kamar tidur. Kurebahkan tubuhku yang rasanya letih ini di kasur, kutarik selimut dan kucoba untuk pejamkan mata. Ingin rasanya melupakan sejenak segala persoalan yang ada. Toh, bukan urusanku.


Di sini aku tetap hidup dengan tenang, dapat kuliah dan beraktivitas seperti biasa. Untuk apa aku memikirkan apa yang terjadi di suatu tempat yang jauh dari tempatku berada kini? Perlahan kurasakan aku semakin mengantuk, mataku semakin berat. Kudengar sayup-sayup musik tetangga sebelah yang disetel kencang, tak kuhiraukan. Kini, aku hanya ingin beristirahat.




Unknown Calon Dokter

Seorang pemuda rantau yang tengah menempuh Pendidikan Kedokteran di Chongqing Medical University. Selain kuliah, saya juga aktif blogging dan berorganisasi di PPI Tiongkok.

No comments:

Post a Comment


ThingsGuideIndian Education BlogThingsGuide